jam

Kamis, 06 November 2008

resume (kata kata yang perlu dihindari)


Kata kata yang perlu dihindari dalam penulisan berita
Kata-kata penat dan jenuh:
Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise/stereotype yang sering dipakai dalam kata transisi berita seperti:
• Sementara itu
• Dapat ditambahkan
• Dalam rangka
• Perlu diketahui
• Dalam rangka
• Selajutnya
• Dll

Dengan demikian dia menghilangkan monotogi(keadaan/bunyi yang selalu sama saja) dan sekaligus dia menerapkan ekonomi kata/penghematan kata.

Beberapa pendapat tentang ekonomi kata:
Cicero ,“keringkasan adalah daya tarik besar kefasihan lidah”
Hosea Ballou ,“keringkasan dan kepadatan isi ialah orangtua perbaikani”
Walt Whitman “ Kesederhanaan(simplycity) ialah kejayaan ekspresi “

Kata-kata mubazir:
• Bahwa : adalah kata sambung yang dipakai untuk menggabungkan induk denagn anak kalimatpengganti subjek /objek secara eksplisit
• Adalah/ilalah/merupakan : lahir karena kata kopula dalam bahasa asing
• Telah
• Untuk

Kamis, 23 Oktober 2008

Definisi Bahasa Jurnalistik

Resume Bahasa Jurnalistik
Lyza Camellia
207400479


Definisi dan Fungsi Bahasa Jurnalistik

Definisi Bahasa Jurnalistik
Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari (Sumadiria, 2005:2). Dalam kamus jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit dan menulis untuk surat kabar, majalah atau berkala lainnya (assegaff, 1983:9). Dalam Leksikon Komunikasi dirumuskan, jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebarkan berita dan karangan untuk surat kabar, majalah dan media massa lainnya seperti radio dan televisi (Kridalaksana, 1977:44). Djen Amar menekankan, jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya (Amar, 1984:30).
Dalam buku ini bahasa jurnalistik didefinisikan sebagai bahasa yang digunakan oleh para wartawan, redaktur atau pengelola media massa dalam menyusun dan menyajikan, memuat, menyiarkan dan menayangkan berita serta laporan peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual, penting dan atau menarik dengan tujuan agar mudah dipahami isinya dan cepat ditangkap maknanya.

Fungsi Utama Bahasa
Menurut seorang pakar bahasa terkemuka, fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif pertumbuhan bahasa yaitu : (1) sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, (2) sebagai alat komunikasi, (3) sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan (4) sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial (Keraf, 2001 : 3-7).
Menurut para pakar bahasa Indonesia, bahasa baku mendukung empat fungsi, tiga di antaranya bersifat perlambang atau simbolik, sedangkan yang satu lagi bersifat objektif: (1) fungsi pemersatu, (2) fungsi pemberi kekhasan, (3) fungsi pembawa kewibawaan, dan (4) fungsi sebagai kerangka acuan (Alwi, Dardjowidjojo, Lapoliwa, Moeliono, 2000 : 14-16).
Dalam pandangan Halliday seperti dikutip Aziez dan Alwasiah (2000:17), fungsi bahasa mencakup tujuh hal. Pertama, fungsi instrumental yakni menggunakan bahasa untuk memperoleh sesuatu. Kedua, fungsi regulatori yakni menggunakan bahasa untuk mengontrol perilaku orang lain. Ketiga, fungsi interaksional yakni menggunakan bahasa untuk menciptakan interaksi dengan orang lain. Keempat, fungsi personal yakni menggunakan bahasa untuk mengungkapkan perasaan dan makna. Kelima, fungsi heuristik yakni menggunakan bahasa untuk belajar dan menemukan makna. Keenam, fungsi imajinatif yakni kita menggunakan bahasa untuk menciptakan dunia imajinasi. Ketujuh, fungsi representasional yakni menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi.
Menurut pakar pendidikan, Slamet Imam Santoso, fungsi bahasa yang paling dasar adalah menjelmakan pemikiran ke dalam alam kehidupan dan penjelmaan tersebut menjadi landasan untuk suatu perbuatan.

Karakteristik Bahasa Jurnalistik
Secara spesifik, bahasa jurnalistik dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu bahasa jurnalistik surat kabar, bahsa jurnalistik tabloid, bahasa jurnalistik majalah, bahasa jurnalistik radio siaran, bahasa jurnalistik televisi, dan bahasa jurnalistik media on line internet.
Dalam buku yang lain terdapat 11 ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku untuk semua bentuk media. Dalam buku Drs. AS Haris Sumadiria M.Si, ditambahkan 6 ciri utama lagi sehingga semuanya menjadi 17, yakni sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan kata (diksi) yang tepat mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis dan tunduk kepada kaidah etika (Sumadiria, 2005:53-61)

BAHASA JURNALISTIK

NAMA : Kusuma Wardhani
NIM : 207400475
JURNALISTIK B



ASM. Romli



Posisi Bahasa Jurnalistik

1. Alat komunikasi khusus media kepada audiense
2. Subsistem
3. Sebagai lab bahasa bagi masyarakat sekaligus trend center



Karakter Bahasa Jurnalistik

1.Singkat, menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.

2.Padat, dalam kata dan kalimat pendek mampu menyampaikan informasi lengkap, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata, Kalimat pendek lebih mudah dimengerti.

3.Sederhana: (a) memilih kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks; (b) menggunakan bahasa orang awam, menghindari kata-kata asing dan istilah-istilah yang terlalu teknis ilmiah.

4.Lugas, mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga .

5.Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang.

6.Jelas, mudah dipahami, tidak menimbulkan tafsiran ganda (ambigue) atau tidak menggunakan bahasa kiasan (konotatif), menggunakan kata-kata yang dipahami orang banyak.

7.Hemat kata, prinsip ekonomi kata (economy of words), yaitu menggunakan sesedikit mungkin kata-kata untuk menginformasikan banyak hal, kemudian - lalu; sekarang - kini; kurang lebih – sekitar.

8.Dinamis, tidak monoton. Misal, ketika menulis nama tokoh yang disebut berulang-ulang, kemukakan sebutan atau jabatan lain (atribusi) tokoh tersebut.

9.Membatasi Akronim. Kalaupun harus menulisnya, maka satu kali pada awal tulisan harus dijelaskan dalam tanda kurung kepanjangannya.

10.Kata Mubazir dan Kata Jenuh - Dalam bahasa jurnalistik dikenal istilah Kata Mubazir dan Kata Jenuh. Keduanya harus dihindari dalam penulisan.

11. Kata Mubazir, yaitu kata-kata yang sebenarnya dapat dihilangkan dari kalimat, seperti “adalah” (kata kopula), “telah” (petunjuk masa lampau), “untuk” (sebagai terjemahan to dalam bahasa Inggris), “dari” (sebagai terjemahan of dalam bahasa Inggris), “bahwa” (sebagai kata sambung), dan bentuk jamak yang tidak perlu diulang.



Drs. Haris Sumadiria, Msi



Bahasa Jurnalistik
Menurut S. Wojowasito dari IKIP Malang dalam karya Latihan Wartawan Persatuan Wartawan Indonesia ( KLW PWI ) di Jawa Timur ( 1978 ), bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam hari-harian dan majalah. Dengan fungsi yang demikan itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar masyarakat dapat menikmati isinya. Bahasa Jurnalistik tunduk pada bahasa baku. Enurut Jus Badudu, bahasa baku ialah bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya.
Berbeda dengan bahasa sinetron yang sering asosial, akultural, egois dan elitis, bahasa jurnalistik justru sangat demokratis dan populis. Disebut demokratis, karena dalam bahasa jurnalistik tidak dikenal istilah tingkat, pangkat, dan kasta, sebagai contoh, kucing makan saya, saya makan, guru makan, gubernur makan, menteri makan, presiden makan. Semua diperlakukan sama, tidak ada yang diistimewakan atau ditinggalkan derajatnya. Disebut populis, karena bahasa jurnalstik menolak semua klaim dan paham yang ingin membedakan si kaya dan si miskin, si tokoh dan si awam, si pejabat dan si jelata, sipintar dan si bodoh, si pelajar dan (maaf) si kurang ajar. Bahasa jurnalistik diciptakan untuk semu lapisan masyarakat di kota dan di desa, di gunung dan di lembah di darat dan dilaut. Tidak ada satu pun kelompok masyarakat yang dianakemaskan atau dinaktirikan oleh bahasa jurnalistik.

Rabu, 22 Oktober 2008

posisi bahasa jurnalistik

NAMA : IWAN SETIAWAN
NIM : 207 400 471
JURNALISTIK B

Posisi bahasa jurnalistik. Jika kita berbicara mengenai posisi, tidak akan jauh dari peran posisi tersebut. Sebagai contoh posisi seseorang sebagai koki, berperan untuk memasak. Begitu juga posisi bahasa jurnalistik yang sangat startegis berperan sebagai media komunikasi bagi semua jenis media.

Bahasa jurnalistik bias diposisikan sebagai:
1.Alat komunikasi yang khusus dipakai media kepada audience.
2.Sebagai laboratorium bahasa, sehingga menjadi trendsetter di tengah masyarakat.
Dalam hal ini, bahasa yang digunakan media menjadi bahasa yang populer pada saat itu.
3.Intensitas yang tinggi dari media, berpengaruh tinggi pada masyarakat. Dengan banyaknya media di tengah-tengah masyarakat memberi pengaruh yang kuat bagi masyarakat dalam hal ini dari segi bahasa.
4.Sub sistem dari bahasa Indonesia. Walau bahasa jurnalistik yang digunakan media terkesan singkat, jelas, lugas dan padat, tapi dalam penggunaannya harus tetap mengikuti kaidah EYD. Walaupun ada beberapa pengecualian.

posisi bahasa jurnalistik

Nama : GINAN TAUFIK
NIM : 207400457
KELAS jurnalistik B

POSISI BAHASA JURNALISTIK

Posisi Bahasa Jurnalistik melibatkan tugas atau peran yang strategis secara umum dari Bahasa Jurnalistik. Dalam perkuliahannya Romel mengibaratkan posisi Bahasa Jurnalistik dalam posisi strategi pemain bola. “Posisi Rooney merupakan seorang striker dan berperan sebagai pencetak gol kea rah gawang musuh.” Tutur Romel. Posisi bahasa Jurnalistik melingkupi beberapa aspek, antara lain :
1. Sebagai alat komunikasi khusus media kepada khalayak agar melahirkan keefektifan dalam berkomunikasi.
2. Bahasa Jurnalistik menjadi laboratorium bahasa bagi khalayak sekaligus menjadi trad bahasa di tengah masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena dalam benak khalayak, kata-kata yang dipakai khususnya dalam penyiaran media diasumsikan baik. Sebagai contoh kata Pungli, Lumpur Lapindo, minah, pedagang kaki lima, dsb.
3. Intensitas berkomunikasi konsumen dan wartawan sangat tinggi. Hal inilah yang memberi pengaruh kuat bagi khalayak dalam penggunaan Bahasa Jurnalistik akibat begitu dekatnya media di hati khalayak.
4. Merupakan sub sistem dalam Bahasa Indonesia. Jadi walau Wartawan membuat kata-kata Jurnalistik, kata tersebut tidak bisa melenceng dari EYD dengan beberapa pengecualian.